Jaga Ruang Digital Tetap Kondusif Cerminkan Semangat Sumpah Pemuda yang Sesungguhnya

JAKARTA – Menjaga ruang digital tetap kondusif menjadi pengamalan nilai-nilai Sumpah Pemuda sejak 28 Oktober 1928.

Di era kini, semangat persatuan dan nasionalisme diuji melalui bagaimana generasi muda menjaga etika dan kebersamaan di ruang maya.

Ketua Program Studi Magister Ilmu Politik Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Dr. Drs. H. Darsono, M.Si., menegaskan semangat Sumpah Pemuda harus dihidupkan kembali dalam konteks digital.

“Kini, semangat itu perlu direvitalisasi dalam konteks digital, karena batas ruang dan waktu menjadi kabur, sementara identitas nasional sering kali larut dalam arus global,” ujarnya.

Darsono menilai, ruang digital menciptakan bentuk baru pergaulan sosial dan politik yang sarat dinamika—mulai dari polarisasi akibat echo chamber hingga maraknya disinformasi.

Namun, ia melihat peluang besar generasi muda memanfaatkan teknologi memperkuat solidaritas lintas generasi.

“Pemuda era digital harus menjadi digital citizen yang berkarakter, melek informasi dan teknologi, serta bijak dalam bermedia sosial,” ungkap Darsono.

“Gunakan ruang digital untuk memperkuat kebangsaan, bukan memecah belah,” tegasnya.

Sejalan dengan itu, Staf Ahli Bidang Hubungan Pusat, Daerah, dan Internasional Kemenpora, Suyadi Pawiro, menyampaikan bahwa refleksi nilai Sumpah Pemuda tidak berhenti pada seremoni, tetapi dalam perilaku generasi muda di dunia maya.

“Sumpah Pemuda harus terus menjadi cerminan dan refleksi generasi muda untuk meningkatkan nasionalisme, persatuan, dan kreativitas di masa depan, termasuk dalam ruang digital yang kini menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari,” ungkapnya.

Suyadi menambahkan, Kemenpora terus memperkuat literasi digital bagi pemuda menjadi garda terdepan dalam menjaga ruang sosial yang aman, damai, dan produktif.

Momentum peringatan ke-97 Sumpah Pemuda, dengan tema Pemuda Pemudi Bergerak, Indonesia Bersatu, menjadi simbol komitmen baru menjaga keutuhan bangsa.

Sementara itu, aktivis perempuan dan peneliti DR. Edriana mengingatkan pentingnya kecerdasan digital bagi pemuda agar tidak terjebak arus informasi menyesatkan.

“Kita akrab dengan media digital, namun seringkali salah kaprah memanfaatkannya. Generasi Z harus memahami algoritma media dan tidak melupakan sejarah, karena di dalamnya ada spirit persatuan,” ujarnya.

Menurut Edriana, semangat Sumpah Pemuda kini menuntut bentuk perjuangan baru: menjaga persatuan di dunia nyata sekaligus kewaspadaan di dunia maya.

Ia menilai, masyarakat menjadi kunci utama terciptanya kondisi yang kondusif di tengah tantangan global dan derasnya provokasi digital.

Terjaganya ruang digital yang sehat dan harmonis bukan sekadar persoalan etika komunikasi, tetapi manifestasi nilai-nilai Sumpah Pemuda bertransformasi menjadi semangat kebangsaan era digital. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *