Oleh : Loa Murib
Upaya menjaga stabilitas keamanan di Tanah Papua kembali menunjukkan hasil nyata melalui keberhasilan Tentara Nasional Indonesia (TNI) menumpas kelompok separatis bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) di wilayah Pegunungan Tengah. Keberhasilan tersebut bukan hanya mencerminkan ketegasan aparat keamanan, tetapi juga menggambarkan perubahan paradigma dalam menjaga kedamaian di Papua—yakni dengan mengedepankan pendekatan humanis yang mengutamakan keselamatan rakyat.
Operasi yang dipimpin Pangkoops Habema, Mayjen TNI Lucky Avianto, menjadi tonggak penting dalam penegakan hukum terhadap kelompok bersenjata yang selama ini meresahkan masyarakat. Dalam operasi yang berlangsung pada 22 Oktober 2025, TNI berhasil melumpuhkan Undius Kogoya, salah satu tokoh penting OPM yang menjabat sebagai Panglima Kodap VIII Soanggama. Keberhasilan ini tidak datang secara instan, melainkan melalui perencanaan matang, strategi presisi, dan disiplin tinggi dalam menjaga agar setiap tindakan di lapangan tetap berorientasi pada perlindungan warga sipil.
Pendekatan yang diterapkan aparat keamanan di Papua saat ini tidak lagi bersifat represif, melainkan menekankan pada keseimbangan antara ketegasan dan kemanusiaan. TNI dan Polri memahami bahwa stabilitas keamanan hanya dapat bertahan lama jika masyarakat merasa dilindungi, bukan ditakuti. Oleh sebab itu, setiap operasi di lapangan dijalankan dengan prinsip kehati-hatian dan penghormatan terhadap hak asasi manusia. Pendekatan inilah yang membedakan penanganan konflik Papua saat ini dibandingkan masa lalu.
Selepas kontak tembak di Kampung Soanggama pada 15 Oktober 2025, Undius Kogoya melarikan diri dalam kondisi terluka bersama kelompoknya. TNI terus melakukan pengejaran dengan strategi menutup seluruh jalur pelarian tanpa merugikan warga. Hasilnya, kelompok tersebut berhasil dilumpuhkan tanpa ada korban sipil. Keberhasilan ini disambut dengan rasa lega oleh masyarakat yang selama ini hidup dalam ancaman kekerasan. Rasa aman kini kembali tumbuh, menjadi bukti bahwa operasi keamanan yang dijalankan dengan cara humanis mampu menciptakan kedamaian sejati.
Dengan membaiknya situasi keamanan, kehidupan masyarakat di Intan Jaya berangsur normal. Petani kembali ke kebun, anak-anak dapat bersekolah dengan tenang, dan pasar rakyat kembali ramai. Pemerintah daerah bersama aparat keamanan kini berfokus pada pemulihan sosial dan percepatan pembangunan infrastruktur yang sempat tertunda. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa keberhasilan aparat keamanan bukan hanya menghapus ancaman bersenjata, tetapi juga membuka ruang bagi percepatan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.
Apresiasi terhadap keberhasilan aparat keamanan juga datang dari berbagai pihak, termasuk pemerintahan pusat. Penasihat Khusus Presiden Bidang Pertahanan Nasional, Jenderal TNI (Purn) Prof. Dr. Dudung Abdurachman, menilai bahwa langkah TNI di Papua mencerminkan profesionalisme prajurit dalam menjalankan mandat konstitusi. Ia menegaskan bahwa keberhasilan tersebut menjadi bukti nyata negara hadir untuk melindungi rakyat dan menjaga kedaulatan wilayah, sekaligus menandai komitmen pemerintah dalam mengakhiri konflik dengan cara yang berkeadilan dan bermartabat.
Kebijakan keamanan di Papua kini bukan hanya simbol kekuatan militer, melainkan manifestasi dari tanggung jawab negara dalam menegakkan perdamaian. Pemerintah memahami bahwa keamanan dan pembangunan tidak dapat dipisahkan. Keamanan menciptakan stabilitas, sedangkan pembangunan menghadirkan kesejahteraan. Keduanya menjadi fondasi utama bagi Papua untuk tumbuh sejajar dengan daerah lain di Indonesia.
Keberhasilan operasi di Intan Jaya juga membawa dampak positif bagi kelangsungan pembangunan di wilayah Pegunungan Tengah. Jalan Trans Papua yang sempat tertunda kini dapat kembali dikerjakan, memudahkan mobilitas warga dan distribusi logistik. Di beberapa kampung, pasokan listrik aktif lebih lama dan aktivitas perdagangan kembali menggeliat. Kondisi ini menjadi bukti bahwa kedamaian yang dijaga aparat keamanan memiliki efek langsung terhadap kemajuan ekonomi masyarakat.
Pemerintah pusat terus berupaya memastikan hasil operasi keamanan berlanjut pada proses rekonstruksi sosial dan ekonomi. Kementerian dan lembaga terkait bersinergi dengan TNI, Polri, dan pemerintah daerah untuk memperkuat infrastruktur dasar, membuka lapangan kerja, serta memberikan akses pendidikan dan kesehatan yang lebih merata. Pendekatan menyeluruh ini memperlihatkan bahwa penyelesaian masalah Papua dilakukan melalui kombinasi antara keamanan, kesejahteraan, dan keadilan sosial.
Selain di Intan Jaya, operasi di Pegunungan Bintang yang menargetkan kelompok pimpinan Lamek Alipky Taplo juga menunjukkan hasil positif. Keberhasilan ini semakin mempersempit ruang gerak kelompok bersenjata dan memulihkan kepercayaan publik terhadap negara. Masyarakat kini melihat bahwa Papua tidak lagi menjadi wilayah dengan ketidakpastian, melainkan bagian integral dari Indonesia yang terus dijaga agar damai dan sejahtera.
Ketegasan TNI dan Polri dalam menumpas kelompok separatis bukanlah bentuk kekerasan, melainkan wujud tanggung jawab negara dalam menjamin hak hidup damai bagi seluruh rakyat Indonesia. Prinsip ini menjadi pondasi moral dalam setiap langkah aparat keamanan di Papua. Melalui kombinasi antara tindakan tegas dan pendekatan humanis, aparat keamanan berhasil menciptakan rasa aman yang berkelanjutan tanpa harus mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan.
Apresiasi masyarakat terhadap keberhasilan aparat keamanan menjadi tanda bahwa pendekatan humanis telah diterima dan dipercaya. Ketika rakyat merasa dilindungi, ketika anak-anak dapat bersekolah tanpa rasa takut, dan ketika aktivitas ekonomi berjalan normal, di sanalah makna sejati dari kedamaian. Papua kini menatap masa depan dengan optimisme baru—damai, aman, dan sejahtera di bawah perlindungan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
*Penulis adalah Mahasiswa Papua di Jawa Timur
