google.com, pub-8797203901921219, DIRECT, f08c47fec0942fa0

Wujudkan Indonesia Bebas TBC Bersama Gerakan Desa dan Kelurahan Siaga

Oleh: Dhita Karuniawati )*

Tuberkulosis (TBC) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius di Indonesia. Dengan jumlah kasus yang termasuk tertinggi di dunia, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam mengendalikan dan mengeliminasi penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis ini. Meski pengobatan TBC telah tersedia secara gratis melalui layanan kesehatan pemerintah, berbagai kendala seperti deteksi dini yang rendah, stigma masyarakat, serta kurangnya pengetahuan tentang TBC membuat penyebarannya tetap tinggi.

Sebagai wujud komitmen bersama dalam mengentaskan kasus TBC di Indonesia, Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI meluncurkan nasional gerakan bersama penguatan desa dan kelurahan siaga TBC.

Gerakan bersama penguatan desa dan kelurahan siaga tuberkulosis merupakan sebuah gerakan penting dan bermakna yang menjadi bagian penting pencegahan TBC berbasis masyarakat. Desa dan kelurahan cegah TBC adalah wilayah yang siap dan berkomitmen secara mandiri dalam pencegahan dan penanganan TBC demi mewujudkan masyarakat yang sehat dan bebas dari TBC. Gerakan ini tidak hanya melibatkan desa dan kelurahan tapi berbagai sektor dan elemen masyarakat berperan penting untuk bahu membahu dalam menemukan dan mendampingi pasien TBC hingga sembuh.

Gerakan bersama siaga TBC sejalan dengan amanat Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis, sebagai landasan hukum penanganan TBC secara nasional. Dalam Perpres tersebut disebutkan beberapa strategi utama dari penanggulangan TBC. Melalui gerakan ini, diharapkan masyarakat tidak hanya menjadi objek, tetapi juga subjek dalam upaya pencegahan dan pengendalian TBC.

Adapun tujuan dari penguatan desa dan kelurahan siaga TBC adalah memberdayakan masyarakat dan unsur kewilayahan secara aktif dan mandiri dalam mencegah, memeriksa dan mengobati TBC hingga tuntas.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan TBC itu penyakit yang sudah ada ribuan tahun dan TBC juga penyakit yang selama 100 tahun terakhir sudah membunuh satu milyar manusia. TBC menjadi salah satu penyakit yang paling banyak korbannya. Di Indonesia diestimasikan satu juta orang terkena TBC setiap tahun, dan 125 ribu meninggal dunia. Oleh karena itu, Menkes meminta dukungan dan kerja sama semua pihak untuk sama-sama melakukan gerakan siaga TBC di wilayahnya masing-masing, sehingga kasus TBC bisa segera di tracking dan diobati.

Pemerintah Provinsi Jakarta membentuk satuan relawan baru bernama Pasukan Putih sebagai respons atas peningkatan kasus TBC di ibu kota. Pembentukan tim ini menandai langkah serius Pemprov dalam mempercepat deteksi dini dan edukasi TBC langsung di permukiman warga.

Gubernur Jakarta, Pramono Anung, mengatakan bahwa relawan yang tergabung dalam Pasukan Putih terdiri dari kader-kader TB dan tenaga masyarakat yang telah mendapatkan pelatihan dasar. Mereka akan diterjunkan ke wilayah-wilayah yang tercatat mengalami peningkatan kasus.

Pramono Anung mengatakan saat ini peningkatan kasus TBC sudah terpantau di beberapa wilayah administratif. Namun, pihaknya mengimbau agar masyarakat tidak panik dan tetap menjalankan pola hidup bersih dan sehat. Lonjakan kasus terpantau terutama di wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Selatan. Kader-kader Pasukan Putih telah mulai melakukan aksi jemput bola ke masyarakat.

Pemprov Jakarta mengandalkan pendekatan berbasis komunitas untuk menjangkau warga yang sulit mengakses layanan kesehatan. Keterlibatan kader lokal dianggap menjadi kekuatan utama program ini.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Jakarta Ani Ruspitawati mengatakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta gerak cepat menangani kasus TBC, seperti melakukan tindakan cepat dan efisien untuk mendeteksi, mengobati, dan mencegah penularan. Program penanggulangan TBC di Jakarta itu merupakan sebuah upaya yang lengkap mulai dari preventif, promotif, kuratif atau pengobatan, hingga rehabilitatif.

Ani mengatakan bahwa kasus TBC terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2024, pihaknya bahkan mencatat ada 60.074 kasus TBC di Jakarta. Data-data kasus TBC itu diperoleh berdasarkan laporan dari fasilitas kesehatan dan pelaporan data kasus TB berbasis digital secara nasional. Hal itu sudah dilakukan sejak lama. Sejak tahun sekitar 2010, pelaporan kasus TBC sudah berbasis digital dan bersifat nasional.

Pemprov Jakarta sendiri menargetkan pada 2030 Jakarta harus bebas dari TBC. Pihaknya berupaya keras untuk mencapai eliminasi kasus TBC. Misalnya, dengan membentuk Kampung Siaga TBC di 274 RW di Jakarta.

Gerakan bersama penguatan desa dan kelurahan siaga TBC harus menjadi bagian integral dari strategi nasional ini. Dukungan dalam bentuk pelatihan kader, penguatan sistem informasi desa, serta insentif bagi komunitas yang aktif, akan mempercepat pencapaian tujuan nasional bebas TBC. Selain itu, integrasi program TBC dengan program kesehatan lainnya seperti stunting, gizi, imunisasi, dan kesehatan ibu-anak akan membuat intervensi menjadi lebih holistik dan efisien.

Mengakhiri epidemi TBC di Indonesia bukan hanya tugas tenaga medis atau pemerintah. TBC adalah cerminan dari ketimpangan sosial, kurangnya edukasi, dan lemahnya solidaritas komunitas. Oleh karena itu, gerakan bersama penguatan desa dan kelurahan siaga TBC menjadi harapan besar dalam menciptakan perubahan nyata.

Dengan melibatkan semua pihak yakni tokoh masyarakat, kader kesehatan, pemuda, perangkat desa, dan tentu saja pasien serta keluarganya, kita bisa mewujudkan cita-cita Indonesia bebas TBC. Mari bergandengan tangan, memperkuat desa dan kelurahan siaga, dan memastikan tidak ada lagi warga yang menderita atau kehilangan nyawa karena TBC. Bersama, kita bisa wujudkan Indonesia bebas TBC. Mulai dari desa, untuk Indonesia sehat!

*) Penulis adalah Kontributor Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *