Sekitar 30 Juta Peserta Terima Manfaat CKG, Bukti Kinerja 1 Tahun Pragib Perkuat Layanan Kesehatan

Oleh : Suhendi Jaka )*

Sekitar 30 juta peserta yang telah menerima manfaat program Cek Kesehatan Gratis (CKG) dalam satu tahun terakhir menjadi penanda penting bahwa agenda penguatan layanan kesehatan pemerintahan Prabowo–Gibran (Pragib) bergerak di jalur yang tepat. Angka ini bukan sekadar statistik, melainkan cerminan dari semakin luasnya akses warga terhadap layanan dasar: pemeriksaan kesehatan, konsultasi dokter, imunisasi, hingga rujukan cepat ketika ditemukan kondisi risiko. Di lapangan, cerita konkretnya hadir dari puskesmas, klinik pratama, dan mobil layanan keliling yang kini lebih sering dijumpai warga di desa dan kota, memperpendek jarak antara kebutuhan dan pertolongan medis.

Dampak pertama yang terasa adalah kemudahan akses. Di banyak daerah, warga mengaku antrean lebih tertata dan alur pelayanan lebih singkat karena pendaftaran terpadu dan skrining awal dilakukan di titik-titik komunitas seperti posyandu, balai desa, dan sekolah. Petugas kesehatan dibekali perangkat mobile untuk input data langsung, sehingga hasil skrining dapat dipantau real time dan warga yang membutuhkan rujukan tidak menunggu lama. Mekanisme ini membuat deteksi dini penyakit menular maupun tidak menular menjadi lebih efektif, khususnya hipertensi, diabetes, anemia, dan masalah gizi.

Perubahan berikutnya tampak pada tata kelola obat dan alat kesehatan. Melalui penataan ulang rantai pasok, fasilitas layanan primer dilaporkan lebih jarang kehabisan stok esensial, seperti obat tekanan darah, antibiotik sesuai pedoman, strip gula darah, dan vitamin untuk ibu hamil. Integrasi data kebutuhan antar-fasilitas membantu distribusi berbasis kebutuhan, bukan sekadar alokasi rata. Hasilnya, pasien tidak perlu bolak-balik karena resep kosong, sementara tenaga kesehatan bisa fokus pada penanganan dan edukasi tanpa tersendat urusan logistik.

Sekretaris Komisi III DPRD Kota Palangka Raya, Rana Muthia Oktari, menegaskan komitmen pihaknya dalam mengawal pelaksanaan program cek kesehatan gratis yang digagas pemerintah. Pihaknya menyebut, program ini merupakan langkah nyata dalam meningkatkan derajat kesehatan warga, khususnya pelajar. Tahun ini, Pemerintah Kota menargetkan seluruh sekolah di bawah naungan Dinas Pendidikan bisa dikunjungi tim kesehatan untuk melakukan skrining, termasuk deteksi dini penyakit tuberkulosis (TBC). Pihaknya menilai, pendekatan jemput bola yang diterapkan sangat relevan, mengingat selama ini masyarakat kerap terkendala jarak dan waktu untuk mengakses layanan kesehatan.

Sementara itu, peningkatan kapasitas sumber daya manusia menjadi kunci agar lonjakan kunjungan dapat diimbangi mutu pelayanan. Dalam satu tahun, pelatihan singkat berjenjang mulai dari triase cepat, konseling gizi, pencatatan digital, hingga tata laksana penyakit kronis mendorong standar layanan lebih seragam antarfasilitas. Di sisi lain, skema insentif berbasis kinerja menumbuhkan budaya perbaikan mutu berkelanjutan. Tenaga kesehatan yang mencapai target cakupan skrining, kunjungan ulang terjadwal, dan kepatuhan terapi mendapatkan penilaian positif yang berdampak pada karier dan fasilitas kerja.

Juru Bicara Otorita IKN sekaligus Staf Khusus Kepala Otorita IKN Bidang Komunikasi Publik, Troy Harrold Yohanes Pantouw mengatakan pihaknya beserta jajaran terus menunjukkan komitmen untuk mewujudkan lingkungan kerja dan masyarakat yang sehat dan produktif. Salah satunya melalui program CKG yang digelar di Kantor Balai Kota Otorita IKN, Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP). Melalui program CKG, peserta memperoleh layanan skrining kesehatan gratis, mulai dari pemeriksaan tekanan darah, kadar kolesterol, gula darah, hingga konsultasi gizi dan pemberian obat. Tujuannya untuk mendeteksi dini potensi penyakit serta menumbuhkan kesadaran pentingnya pola hidup sehat sehari-hari.

Aspek pencegahan menjadi sorotan utama program CKG ini. Kampanye hidup sehat, kelas ibu hamil, penimbangan balita, dan skrining remaja dilakukan rutin dan terukur, tidak lagi insidentil. Pendekatan ini menekan biaya jangka panjang karena penyakit dicegah sebelum menjadi berat. Di wilayah padat penduduk, kolaborasi dengan kader, tokoh masyarakat, dan sekolah membantu menjangkau kelompok rentan yang kerap luput dari layanan formal. Ketika pencegahan menguat, beban di layanan rujukan berkurang, sehingga kapasitas rumah sakit dapat digunakan untuk kasus yang benar-benar membutuhkan intervensi lanjutan.

Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin mengatakan Hingga awal Oktober tercatat sekitar 40 juta orang mendaftar dan sekitar 36 juta di antaranya sudah menjalani pemeriksaan dasar sebagai bagian dari upaya deteksi dini penyakit. Dari hasil skrining massal itu muncul pola penyakit yang konsisten di banyak daerah. Menkes menegaskan, tujuan program ini bukan sekadar mencatat angka namun mencegah terjadinya komplikasi serius. Menurutnya, penyakit berat seperti penyakit jantung atau kanker umumnya menunjukkan tanda awal yang bisa dideteksi bila masyarakat rutin memeriksakan diri.

Pada akhirnya, capaian hampir 30 juta penerima manfaat CKG dalam setahun pertama Pragib menjadi tolok ukur bahwa reformasi layanan kesehatan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Ke depan, konsistensi eksekusi, transparansi data, dan keberanian melakukan perbaikan berbasis bukti akan menentukan seberapa jauh program ini membawa Indonesia menuju layanan kesehatan yang merata, terjangkau, dan bermutu. Dengan fondasi yang mulai kokoh di hilir dan hulu, harapannya setiap warga, di mana pun tinggalnya, memiliki peluang yang sama untuk sehat dan produktif.

)* Pengamat Sosial dan Kemanusiaan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *