Oleh: Riza Nur Hidayah (*
Pemerintah tengah memperkuat kapasitas produksi pangan berbasis protein sebagai langkah strategis untuk memastikan kelancaran Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang akan dilaksanakan penuh pada 2026. Sebagai pengamat gizi dan nutrisi, saya melihat bahwa kebijakan ini menjadi salah satu tonggak penting dalam pembangunan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Program MBG yang dirancang untuk menjangkau 82,9 juta penerima merupakan intervensi pangan terbesar dalam sejarah, dan keberhasilannya sangat bergantung pada kemampuan negara menyediakan sumber protein yang memadai dan stabil setiap hari.
Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, menegaskan bahwa pemerintah telah menyiapkan peningkatan kapasitas produksi pangan protein untuk menghadapi lonjakan kebutuhan harian program tersebut. Ia memaparkan bahwa kebutuhan besar terhadap telur, ikan, ayam, sayur, dan buah tidak bisa dipenuhi melalui pola produksi lama yang cenderung stagnan. Selama beberapa tahun terakhir, pemerintah cukup berhasil meningkatkan produksi komoditas karbohidrat seperti beras dan jagung. Karena itu, fokus kini dialihkan pada penguatan produksi protein sebagai langkah untuk menyeimbangkan kualitas gizi masyarakat sekaligus menjamin keberlanjutan MBG.
Zulkifli Hasan menjelaskan bahwa pemerintah berencana membangun tambak ikan berskala besar seluas sekitar 20.000 hektare di wilayah Jawa. Upaya ini merupakan langkah terobosan yang akan memperkuat produksi ikan nasional, terutama mengingat permintaan akan meningkat signifikan saat program MBG berjalan penuh pada 2026. Selain itu, pemerintah juga menargetkan pengembangan tambak di 500 kabupaten dan kota. Tujuannya adalah pemerataan produksi dan ketersediaan ikan sehingga daerah-daerah yang jauh dari pesisir sekalipun tetap dapat mengakses sumber protein dengan harga yang stabil.
Langkah tersebut diperkuat dengan rencana pembangunan 2.000 desa nelayan pada 2026 sebagai bagian dari penguatan ekosistem produksi protein dari sektor kelautan. Pembangunan desa nelayan ini bukan hanya soal meningkatkan produksi, tetapi juga memberikan dukungan terhadap kesejahteraan masyarakat pesisir melalui akses alat tangkap modern, sarana penyimpanan dingin, hingga fasilitas pendukung ekspor. Menurut Zulkifli Hasan, penataan ulang ekosistem produksi protein tidak hanya akan menopang kebutuhan MBG, tetapi juga menumbuhkan ekonomi pesisir secara berkelanjutan.
Ia juga menekankan bahwa penguatan sektor peternakan menjadi salah satu pilar utama dalam menjaga pasokan protein hewani. Pemerintah memandang pengembangan pakan ternak dan budidaya ayam berskala nasional sebagai langkah penting karena kebutuhan program MBG sangat besar dan membutuhkan suplai dari seluruh lini produksi. Dengan memperkuat industri perunggasan mulai dari hulu hingga hilir, pemerintah berharap pasokan ayam dan telur dapat terjamin sepanjang tahun tanpa menimbulkan gejolak harga di pasar.
Dukungan dari sektor swasta turut memperkuat keyakinan bahwa program penguatan produksi protein ini akan berjalan optimal. Chief Operating Officer Danantara, Dony Oskaria, membenarkan bahwa rencana investasi besar untuk mendukung peningkatan kapasitas produksi protein saat ini tengah dalam proses kajian menyeluruh. Ia menilai bahwa investasi semacam ini sangat krusial untuk memperkuat ketahanan pangan, terutama dalam memenuhi kebutuhan protein yang akan meningkat drastis seiring implementasi program MBG. Dony melihat peluang besar bagi sektor swasta untuk berkontribusi melalui pembangunan tambak modern, pengembangan peternakan berskala industri, dan penguatan teknologi pascapanen.
Menurutnya, kerja sama antara pemerintah dan perusahaan swasta akan menjadi kunci kesuksesan jangka panjang. Dengan kebutuhan protein harian yang begitu besar, negara tidak dapat bergantung hanya pada satu sumber pendanaan. Kolaborasi multisektor akan memastikan produksi berjalan konsisten, risiko produksi dapat diminimalkan, dan biaya distribusi dapat ditekan melalui integrasi rantai pasok. Dony meyakini bahwa program MBG tidak hanya akan berdampak pada peningkatan gizi masyarakat, tetapi juga mendorong lahirnya ekosistem agrikultur modern di Indonesia.
Dukungan terhadap program penguatan produksi protein juga datang dari Kementerian Pertanian. Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, menuturkan bahwa pemerintah telah menyiapkan investasi sebesar Rp371 triliun untuk mendorong hilirisasi di sektor pertanian, perkebunan, peternakan, dan hortikultura. Menurutnya, langkah ini akan membangun fondasi baru bagi industri pangan nasional yang lebih efisien, modern, dan bernilai tambah.
Andi Amran menjelaskan bahwa hilirisasi merupakan strategi agar produk pangan tidak hanya berhenti sebagai bahan mentah, tetapi dapat diolah menjadi produk bernilai lebih tinggi yang mampu memperluas daya saing Indonesia. Program besar ini ditargetkan mampu menciptakan sekitar 8 juta lapangan kerja baru yang akan menyerap tenaga kerja di pedesaan dan mendorong peningkatan pendapatan petani serta pelaku usaha kecil di sektor pangan. Selain itu, pemerintah juga menyiapkan investasi khusus senilai Rp20 triliun untuk memperkuat pasokan ayam dan telur nasional, dua komoditas utama yang akan menjadi tulang punggung pemenuhan protein hewani dalam program MBG.
Kebijakan ini bukan hanya soal meningkatkan produksi pangan, tetapi juga bagian dari desain besar perbaikan pola makan masyarakat. Selama bertahun-tahun, konsumsi protein masyarakat Indonesia masih di bawah rekomendasi ideal dan cenderung kalah oleh konsumsi karbohidrat. Padahal, protein merupakan unsur penting bagi pertumbuhan otot, perkembangan otak anak, kinerja imun tubuh, dan kualitas kesehatan jangka panjang. Program MBG dapat menjadi instrumen perubahan signifikan dalam membentuk pola makan yang lebih seimbang di seluruh lapisan masyarakat.
Keberhasilan program MBG pada akhirnya tidak hanya ditentukan oleh kebijakan pemerintah, tetapi juga oleh partisipasi masyarakat. Karena itu, masyarakat perlu ikut berperan aktif dalam menyukseskan program ini dengan membiasakan pola konsumsi yang lebih berorientasi pada protein. Menambah konsumsi telur, ikan, ayam, serta sumber protein nabati di rumah tangga dapat mempercepat terciptanya generasi Indonesia yang lebih sehat, kuat, dan cerdas.
Dengan dukungan penuh dari seluruh pemangku kepentingan, program MBG bukan hanya akan memperbaiki status gizi jutaan anak, tetapi juga menjadi momentum besar untuk mentransformasi sistem pangan nasional. Saat negara telah menyiapkan investasi dan infrastruktur besar untuk memperkuat produksi protein, kini saatnya masyarakat turut mendukung dengan menerapkan pola makan bergizi seimbang demi masa depan Indonesia yang lebih cerah.
(* Penulis merupakan Pemerhati Gizi dan Nutrisi
