Oleh : Garvin Reviano )*
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) akan diperluas jangkauannya, tidak hanya untuk anak-anak usia sekolah dasar, tetapi juga menyasar siswa sekolah menengah dan para ibu hamil. Kebijakan ini menjadi bukti kuat bahwa negara tidak hanya hadir, tetapi juga terus memperkuat pondasi kualitas sumber daya manusia sejak dini. Dengan memperluas sasaran program, pemerintah menegaskan bahwa investasi gizi merupakan investasi jangka panjang yang menentukan masa depan bangsa. Langkah ini sekaligus menepis keraguan bahwa program bantuan pangan hanyalah solusi sesaat; sebaliknya, MBG terbukti sebagai strategi nasional yang matang, terukur, dan penuh visi.
Indonesia saat ini sedang menghadapi tantangan gizi yang kompleks. Remaja di tingkat SMP dan SMA, sebagai kelompok usia yang sedang berada dalam fase pertumbuhan pesat, membutuhkan asupan nutrisi yang memadai. Ironisnya, kelompok usia inilah yang sering kali mengalami ketidakteraturan makan akibat meningkatnya aktivitas belajar, padatnya kegiatan, dan kebiasaan jajan yang kurang sehat. Dengan masuknya pelajar sekolah menengah ke dalam cakupan MBG, pemerintah memastikan bahwa generasi muda mendapatkan perlindungan gizi yang konsisten, bukan sekadar wacana.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti mengatakan program MBG yang dijalankan bukan hanya untuk peserta didik, tapi juga ibu hamil dan menyusui. Selain itu, program ini menjadi upaya pemerintah membangun generasi Indonesia yang kuat. Tak hanya melalui kebiasaan, tetapi nutrisi yang baik.
Lebih jauh, perhatian khusus terhadap ibu hamil dalam program MBG menunjukkan keberpihakan negara terhadap generasi yang bahkan belum dilahirkan. Dalam berbagai riset kesehatan dan sosial, pemenuhan nutrisi selama masa kehamilan menjadi faktor kunci bagi kualitas tumbuh kembang anak di masa depan. Dengan memberikan makanan bergizi gratis kepada ibu hamil, pemerintah sebenarnya sedang memastikan bahwa bayi-bayi Indonesia memulai hidup dengan nutrisi terbaik.
Penting untuk dipahami bahwa perluasan MBG juga berkontribusi pada penguatan sistem ekonomi lokal. Program ini secara langsung mendorong peningkatan produksi pangan bergizi, membuka peluang kerja baru, serta menggerakkan rantai pasok yang melibatkan petani, peternak, UMKM kuliner, hingga distributor logistik. Di berbagai daerah, MBG terbukti mampu meningkatkan pendapatan masyarakat melalui penyediaan bahan baku pangan lokal yang digunakan dalam menu harian.
Keberadaan MBG di tingkat sekolah menengah juga diharapkan menjadi momentum perubahan pola pikir dan budaya gizi bagi remaja. Makanan bergizi bukan lagi sekadar nasihat, tetapi pengalaman nyata yang mereka rasakan setiap hari. Di masa depan, generasi muda ini akan tumbuh menjadi orang dewasa yang memahami pentingnya nutrisi, kesehatan, dan gaya hidup seimbang. Efeknya dapat berlipat ganda, mulai dari berkurangnya beban kesehatan nasional, meningkatnya produktivitas tenaga kerja, hingga membaiknya kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan.
Sementara itu, Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin mengatakan meski saat ini program MBG masih difokuskan pada anak sekolah, pemerintah akan memperluas sasarannya hingga ibu hamil dan balita. Karena kunci penurunan stunting ada pada intervensi gizi sejak masa kehamilan. Pemerintah pun meningkatkan jumlah pemeriksaan kehamilan agar kesehatan ibu hamil lebih terpantau. Kemudian perbaikan gizi ibu hamil, peningkatan layanan kesehatan dasar, dan sinergi program seperti MBG akan menjadi pilar utama dalam percepatan eliminasi stunting di Indonesia.
Selain itu, perluasan program ini membawa pengaruh positif terhadap pemerataan pembangunan. Daerah-daerah yang sebelumnya sulit mengakses makanan bergizi karena kendala ekonomi atau geografis kini mendapatkan jaminan yang sama dengan wilayah perkotaan. Dengan demikian, kesenjangan gizi antarwilayah semakin mengecil, dan setiap anak Indonesia memiliki kesempatan yang sama untuk tumbuh secara optimal.
Beragam testimoni dari lapangan juga menunjukkan dampak luar biasa program MBG. Para guru melihat peningkatan fokus belajar siswa, orang tua merasa terbantu secara ekonomi, dan tenaga kesehatan melaporkan perbaikan status gizi ibu hamil. Semua ini menjadi indikator bahwa program ini bukan hanya berjalan, tetapi bekerja dengan baik dan memberi efek domino positif bagi kehidupan masyarakat. Kebijakan yang baik memang bukan hanya soal konsep, tetapi bagaimana ia memengaruhi kehidupan nyata, dan MBG telah membuktikannya.
Dalam konteks global, langkah Indonesia memperluas program makan bergizi ini dapat menjadi rujukan bagi negara-negara berkembang lainnya. Di saat banyak negara masih berdebat antara prioritas ekonomi dan kesehatan, Indonesia memilih jalan untuk memastikan keduanya berjalan seiring. Dengan memberikan gizi untuk semua, negara membangun generasi yang sehat, produktif, dan kompetitif. Pada akhirnya, pembangunan manusia menjadi pondasi yang jauh lebih kuat dibanding pembangunan fisik semata.
Kebijakan ini bukan hanya menunjukkan komitmen pemerintah dalam memperkuat kualitas SDM, tetapi juga menghadirkan keadilan sosial secara nyata. Dengan menyediakan gizi untuk semua, Indonesia sedang menyiapkan generasi yang lebih sehat, lebih cerdas, dan lebih siap menghadapi tantangan masa depan. Sebuah bangsa besar memang dibangun dari struktur yang kuat, tetapi kejayaannya ditentukan oleh kualitas manusianya. Melalui MBG, kita semua sedang berjalan menuju masa depan yang lebih sehat dan lebih menjanjikan.
)* Pengamat Isu kesehatan masyarakat
