Oleh : Doni Ramadan )*
Komitmen pemerintah dalam meningkatkan diplomasi Hak Asasi Manusia (HAM) di kawasan patut diapresiasi sebagai langkah strategis yang memperkuat posisi Indonesia sebagai negara demokratis yang berorientasi pada keadilan, kemanusiaan, dan stabilitas regional. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah menunjukkan konsistensi memperluas ruang dialog, memperkuat mekanisme perlindungan HAM, dan memastikan bahwa kebijakan luar negeri Indonesia tidak hanya mengutamakan kepentingan nasional, tetapi juga membawa kontribusi nyata bagi perdamaian dan kesejahteraan kolektif di Asia Tenggara.
Penguatan diplomasi HAM tersebut terlihat dari keterlibatan aktif pemerintah dalam berbagai forum internasional, termasuk ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights (AICHR), Dewan HAM PBB, serta berbagai pertemuan bilateral dan multilateral yang membahas isu toleransi, perlindungan kelompok rentan, dan penegakan hukum yang berkeadilan. Pemerintah secara konsisten menyampaikan bahwa kerja sama antarnegara dalam isu HAM harus dilakukan dengan saling menghormati kedaulatan, namun tetap memprioritaskan prinsip-prinsip kemanusiaan universal.
Wakil Menteri Hak Asasi Manusia, Mugiyanto mengatakan Indonesia didorong oleh sejumlah pemimpin global untuk mengambil peran yang lebih besar dalam memfasilitasi agenda HAM kawasan. Pihaknya juga menegaskan bahwa keberadaan forum khusus di tingkat ASEAN dapat memperkuat upaya berbagi praktik baik, memperluas jangkauan diplomasi HAM, serta meningkatkan efektivitas kebijakan dalam skala regional.
Forum ini diharapkan mampu menjadi ruang strategis untuk mempertemukan perspektif negara anggota sekaligus merumuskan langkah kerja bersama yang lebih konkret. Pemerintah menilai bahwa meningkatnya isu HAM lintas negara tidak dapat dilepaskan dari dinamika sosial-ekonomi kawasan, sehingga diperlukan platform yang mampu menggabungkan pendekatan kebijakan, diplomasi, dan kerja teknis secara terpadu. Upaya ini juga sejalan dengan komitmen Indonesia dalam memperkuat stabilitas kawasan.
Penyelenggaraan Forum HAM ASEAN direncanakan berlangsung tahun mendatang dengan dukungan penuh dari Kementerian Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Pemerintah berharap forum tersebut dapat menjadi katalisator bagi peningkatan dialog, kolaborasi, dan inovasi kebijakan antarnegara. Selain itu, kegiatan ini diharapkan memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu negara yang konsisten mendorong pemajuan HAM dalam lingkup regional maupun internasional.
Selain itu, pemerintah juga mengembangkan pendekatan diplomasi berbasis nilai moderasi, keberagaman, dan penghormatan terhadap pluralisme yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia. Pendekatan ini diaplikasikan melalui program pertukaran pemuda, kerja sama pendidikan, serta dialog lintas agama dan budaya yang difasilitasi bersama negara-negara sahabat. Dengan cara ini, diplomasi HAM Indonesia tidak hanya berfokus pada aspek politik dan hukum, tetapi juga memperkuat pemahaman antarwarga negara di kawasan. Inisiatif semacam ini membawa dampak jangka panjang, karena menciptakan generasi baru yang lebih terbuka terhadap nilai toleransi dan kemanusiaan, sekaligus memperkuat perdamaian berkelanjutan.
Sementara itu, Menteri Senior Urusan HAM Kamboja, Keo Remy mengatakan pihaknya menyambut baik inisiatif Indonesia untuk memperkuat kerja sama HAM di kawasan dan menegaskan komitmen negaranya terhadap perdamaian dan penegakan HAM. Kedua negara sepakat untuk memperkuat kerja sama melalui program-program peningkatan kapasitas sumber daya manusia di bidang HAM.
Kemudian apresiasi juga layak diberikan atas upaya pemerintah mendorong perlindungan pekerja migran, yang menjadi salah satu aspek penting dalam diplomasi HAM Indonesia. Dengan jumlah pekerja migran yang cukup besar di berbagai negara Asia Pasifik, pemerintah terus memperjuangkan standar perlindungan yang lebih baik, mulai dari aspek ketenagakerjaan, jaminan keselamatan, hingga akses terhadap bantuan hukum. Indonesia berhasil memanfaatkan hubungan diplomatik yang kuat untuk memperbaiki perjanjian-perjanjian bilateral, sekaligus memberikan tekanan positif agar negara penempatan meningkatkan akuntabilitas dan transparansi dalam mekanisme perlindungan pekerja migran. Upaya ini mencerminkan kepedulian pemerintah terhadap hak-hak warga negara di luar negeri, sekaligus menunjukkan bahwa diplomasi HAM tidak hanya berfokus pada retorika, tetapi juga berdampak langsung terhadap masyarakat.
Lebih jauh, pemerintah mengadopsi diplomasi HAM sebagai bagian integral dari kepentingan strategis jangka panjang. Diplomasi ini tidak lagi dipandang sebagai kewajiban moral semata, tetapi sebagai instrumen untuk memperkuat reputasi internasional, menarik kerja sama ekonomi, serta memastikan posisi Indonesia tetap relevan di tengah dinamika global. Dengan memperlihatkan komitmen terhadap HAM, Indonesia membangun citra sebagai negara yang dapat dipercaya, stabil, dan berkomitmen pada tata kelola pemerintahan yang baik. Dampak positifnya terlihat dari meningkatnya minat negara mitra untuk bekerja sama, baik dalam sektor pembangunan, investasi, maupun program-program peningkatan kapasitas sumber daya manusia.
Pada akhirnya, apresiasi terhadap komitmen pemerintah dalam meningkatkan diplomasi HAM di kawasan harus terus digaungkan karena ini merupakan fondasi penting dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks. Indonesia membutuhkan diplomasi HAM yang kuat untuk memastikan bahwa nilai-nilai kemanusiaan tetap menjadi prioritas bersama di Asia Tenggara, sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai pemimpin moral yang mampu menyeimbangkan kepentingan geopolitik dengan prinsip kemanusiaan. Konsistensi pemerintah dalam memajukan agenda HAM menjadi modal besar bagi terciptanya stabilitas, keamanan, dan kemakmuran kawasan yang lebih inklusif. Dengan langkah-langkah strategis tersebut, Indonesia tidak hanya mampu menjaga kehormatan di mata dunia, tetapi juga memberikan kontribusi nyata bagi masa depan kawasan yang lebih damai dan berkeadaban.
)* Penulis adalah Isu Sosial
Apresiasi Komitmen Pemerintah Tingkatkan Diplomasi HAM di Kawasan
