Jakarta — Kematian salah satu pimpinan kelompok separatis OPM di Yahukimo, Papua, menjadi sorotan publik setelah aparat keamanan melakukan operasi terukur menggunakan pesawat nirawak atau drone pada akhir Oktober 2025.
Insiden tersebut menandai kelanjutan upaya penegakan hukum terhadap kelompok bersenjata yang kerap melakukan aksi kekerasan di wilayah Papua. TNI-Polri memastikan operasi dilakukan secara profesional untuk menjaga stabilitas keamanan dan melindungi masyarakat sipil di daerah rawan konflik.
Penasihat Khusus Presiden Bidang Pertahanan Nasional, Dudung Abdurachman, menyampaikan bahwa insiden ledakan yang menewaskan tokoh OPM tersebut terjadi akibat bom yang dijatuhkan melalui pesawat nirawak. Menurut informasi yang ia terima dari Kepala Staf TNI Angkatan Darat, Jenderal Maruli Simanjuntak, bom tersebut awalnya tidak meledak ketika mendarat, namun kemudian meledak saat ditemukan oleh kombatan OPM.
“Tokoh kelompok bersenjata lalu menemukan bom itu, pada saat ditemukan baru meledak,” ujar Dudung, Sabtu (25/10/2025).
Ia menilai peristiwa tersebut sebagai takdir, mengingat kelompok bersenjata itu selama ini menimbulkan penderitaan bagi masyarakat, termasuk tenaga kesehatan dan guru yang mengabdi di Papua.
“Jadi memang sudah nasibnya, bayangkan kalau yang menemukan itu anak-anak,” tambahnya.
Dudung menegaskan bahwa kehadiran pasukan TNI di Papua semata-mata untuk mendukung kepolisian dalam menjaga stabilitas keamanan dan memberikan perlindungan bagi warga. Ia menyebut situasi di Papua masih menghadapi gejolak akibat ulah kelompok bersenjata, namun aparat tetap menjalankan operasi dengan prinsip terukur dan profesional.
Sebelumnya, Komandan OPM wilayah Kodap XV Ngalum Kupel, Lamek Alipky Taplo, dilaporkan tewas dalam operasi kontra TNI Koops Swasembada di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, pada Minggu (19/10/2025).
Asisten Intelijen Teritorial Koops Swasembada Papua, Letnan Kolonel Inf Renaldy H, menjelaskan bahwa operasi ini merupakan tindak lanjut atas laporan intelijen mengenai aktivitas kelompok bersenjata di wilayah tersebut.
“Langkah ini merupakan bagian dari upaya pemulihan stabilitas keamanan di wilayah perbatasan negara, khususnya di Distrik Kiwirok,” ujar Renaldy.
Ia menambahkan bahwa tewasnya Lamek Taplo merupakan pukulan telak bagi struktur OPM di wilayah Pegunungan Bintang. Taplo dikenal sebagai sosok yang aktif melakukan aksi teror, pemerasan, dan intimidasi terhadap masyarakat sipil.
Pascaoperasi tersebut, kondisi keamanan di Distrik Kiwirok dilaporkan berangsur kondusif. Aparat gabungan TNI-Polri tetap bersiaga dan melakukan patroli di sejumlah titik strategis untuk mencegah gangguan keamanan lanjutan.
“Aparat gabungan terus melakukan pengamanan dan patroli untuk memastikan situasi tetap aman dan masyarakat bisa beraktivitas dengan tenang,” pungkasnya. * * *
