Oleh : Andhika Rachman
Satu tahun kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menghadirkan semangat baru dalam pembangunan nasional. Harapan publik yang tinggi mulai dijawab dengan langkah-langkah konkret, khususnya di sektor infrastruktur. Pemerintah menunjukkan komitmen kuat untuk membangun Indonesia secara lebih menyeluruh, tidak hanya lewat proyek-proyek berskala besar, tetapi juga dengan menanamkan fondasi pembangunan yang menyentuh langsung kebutuhan rakyat.
Pendekatan yang lebih strategis, merata, dan berkelanjutan mulai mewarnai arah pembangunan infrastruktur nasional. Fokus tidak lagi sekadar pada pencapaian fisik, melainkan pada dampak jangka panjang bagi kesejahteraan, konektivitas wilayah, serta daya saing bangsa.strategis dalam sejarah Indonesia modern. Sebab infrastruktur sejatinya bukan hanya soal membangun, tetapi soal menciptakan perubahan yang terasa hingga ke akar rumput.
Perubahan pendekatan ini tampak jelas dalam prioritas alokasi anggaran dan perencanaan proyek-proyek strategis. Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025, pemerintah mengalokasikan sekitar Rp400,3 triliun untuk sektor infrastruktur. Meskipun nominal ini sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, namun pengurangan ini bukan berarti melemahkan pembangunan. Justru, hal ini mencerminkan upaya penguatan efisiensi fiskal dan peningkatan kualitas belanja infrastruktur, dengan memastikan setiap rupiah yang dibelanjakan memberikan dampak yang nyata bagi masyarakat.
Fokus pembangunan infrastruktur kini tidak hanya terbatas pada pembangunan jalan tol atau gedung-gedung monumental, tetapi juga diarahkan pada sektor-sektor yang lebih fundamental seperti pertanian, ketahanan pangan, pendidikan, transportasi publik, dan pengelolaan sumber daya alam. Pendekatan ini menunjukkan bahwa pemerintah memahami pentingnya membangun dari bawah—dari kebutuhan dasar rakyat—untuk menghasilkan pertumbuhan yang lebih inklusif dan berkeadilan.
Salah satu proyek prioritas yang mencerminkan arah pembangunan yang lebih strategis adalah percepatan akses jalan dan jalan tol menuju Pelabuhan Patimban di Subang, Jawa Barat. Pemerintah pusat bersama Kementerian Perhubungan dan pemerintah daerah terus memperkuat sinergi lintas sektor demi mempercepat pembangunan konektivitas ke pelabuhan tersebut, yang digadang-gadang akan menjadi salah satu pusat logistik internasional terbesar di Indonesia.
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menyebut bahwa percepatan akses menuju Pelabuhan Patimban bukan sekadar proyek infrastruktur biasa, tetapi merupakan inisiatif besar yang akan mendorong pertumbuhan industri, memperluas perdagangan, dan membuka lapangan kerja baru di kawasan barat Indonesia. Dengan kelancaran distribusi logistik, efisiensi biaya transportasi, serta kemudahan ekspor-impor, manfaat proyek ini akan dirasakan hingga ke tingkat rumah tangga masyarakat.
Lebih dari itu, proyek seperti Patimban menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur kini tidak hanya dilihat dari besarnya nilai investasi, tetapi dari seberapa jauh dampaknya terhadap struktur ekonomi dan sosial masyarakat di sekitarnya.
Kebijakan pembangunan juga mulai mengintegrasikan prinsip keberlanjutan lingkungan. Salah satu contohnya adalah rencana pembangunan Instalasi Pengelolaan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL) di Kabupaten Tangerang. Proyek ini dijadwalkan mulai konstruksi pada 2026 dan merupakan langkah nyata pemerintah daerah dalam menjawab tantangan pengelolaan sampah sekaligus krisis energi.
Bupati Tangerang, Maesyal Rasyid, menegaskan pentingnya kesiapan infrastruktur pendukung seperti akses jalan, sistem drainase, dan penyediaan lahan seluas lima hektare di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatiwaringin. Proyek ini tidak hanya akan mengurangi volume sampah yang masuk ke TPA, tetapi juga menghasilkan energi listrik sebagai sumber daya terbarukan. Ini adalah contoh konkret bagaimana pembangunan infrastruktur dapat mendukung agenda nasional dalam mencapai target pembangunan berkelanjutan (SDGs), khususnya dalam aspek energi bersih dan lingkungan hidup.
Pemerintah juga menunjukkan keseriusannya dalam memperkuat infrastruktur dasar yang selama ini kurang mendapat perhatian. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menempatkan pembangunan sistem irigasi, jalan desa, sekolah rakyat, dan akses air bersih sebagai prioritas utama. Program ini beriringan dengan ambisi pemerintah dalam mencapai swasembada pangan dan mengurangi ketergantungan pada impor.
Sistem irigasi yang lebih modern dan efisien akan memperkuat sektor pertanian, meningkatkan produktivitas petani, serta menjaga stabilitas harga pangan di pasar domestik. Dengan demikian, pembangunan infrastruktur tidak lagi bersifat eksklusif, tetapi benar-benar menyentuh kebutuhan masyarakat di akar rumput.
Selain pembangunan fisik, Prabowo-Gibran juga fokus pada reformasi kelembagaan dan penyederhanaan regulasi dalam tata kelola proyek infrastruktur. Kementerian PUPR, misalnya, memperkuat kapasitas birokrasi untuk menghadirkan tata kelola proyek yang adaptif, transparan, dan efisien. Pendekatan ini menekankan pentingnya manajemen proyek yang baik, pelibatan masyarakat, serta kepedulian terhadap dampak sosial dan lingkungan.
Langkah ini penting agar pembangunan tidak hanya cepat secara fisik, tetapi juga berkualitas dan berkelanjutan dalam jangka panjang. Proyek yang baik adalah proyek yang tidak hanya selesai, tetapi juga bermanfaat, aman, dan diterima oleh masyarakat.
Satu tahun pemerintahan Prabowo-Gibran telah menandai arah baru dalam pembangunan infrastruktur nasional—lebih inklusif, lebih merata, dan lebih strategis. Proyek-proyek besar tetap dijalankan, namun didukung oleh pembangunan infrastruktur dasar yang menyentuh kehidupan masyarakat sehari-hari.
Inisiatif seperti percepatan akses ke Pelabuhan Patimban dan pembangunan PSEL di Tangerang menunjukkan bahwa infrastruktur bukan sekadar proyek teknis, melainkan instrumen penting untuk transformasi sosial, ekonomi, dan ekologis. Pendekatan ini menjadi cerminan dari visi pembangunan yang tidak hanya mengejar kemajuan fisik, tetapi juga kemajuan manusia.
Jika konsistensi dan kolaborasi antar sektor terus dijaga, maka lima tahun pemerintahan ini berpotensi menjadi tonggak penting dalam sejarah pembangunan Indonesia. Sebab pada akhirnya, infrastruktur sejati bukan hanya tentang membangun jalan dan jembatan, tetapi tentang membuka jalan bagi masa depan yang lebih adil, seimbang, dan berkelanjutan bagi seluruh rakyat Indonesia.
)* Pengamat Kebijakan Publik